Allah SWT Ada dengan Sendirinya
Tafsi Ayat-Ayat IPTEK
Banjarbaru, Qardhan Hasana - Allah SWT memiliki sifat wujud yang berarti ada. Maksudnya adalah bahwa Allah SWT ada dengan zat-Nya sendiri, dan Allah ada bukan karena ada yang mengadakan atau yang menciptakan. Hal ini sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an
Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Ar Ra’d :16)
Allah Maha Pencipta segala sesuatu, yang berarti Allah menciptakan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. “Allah menciptakan sesuatu dari tidak ada 0 (nol) menjadi ada, terserah kepada Allah SWT apa wujudnya. Secara matematika dapat dirumuskan: ∞ x 0 = a atau b atau c, artinya ∞ adalah tidak terhingga, melambangkan Allah Yang Maha Kuasa atau Maha Perkasa, yang tidak terhingga kekuasaan atau keperkasaan-Nya hanya dengan mengatakan “kun” maka jadilah ciptaan yang dikehendaki-Nya.” Tutur Ir.H Ahmad Gazali (Pendiri Yayasan Qardhan Hasana) dalam buku beliau berjudul Al-Qur’an Tafsir Ayat-Ayat IPTEK.
Keberadaan Allah SWT adalah dengan sendiri-Nya, Maha Esa tidak ada bandingannya. Perlu digarisbawahi bahwa secara fitrah, setiap manusia meyakini keberadaan wujud Allah, dan di samping itu melalui firman-firman-Nya Allah mengajak manusia untuk berfikir tentang penciptaan-Nya. Allah yang kita yakini adalah Dia yang Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa dari segi dzat, sifat, dan juga dari segi aturan dan hukum.
“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash, 112:1-4)
Allah menciptakan manusia, jin, malaikat, dan alam semesta untuk beribadah kepada-Nya. Ir.H Ahmad Gazali menjelaskan dalam bukunya Al-Quran Tafsir Ayat-Ayat IPTEK “Keberadaan Allah SWT tidak dapat dilihat dan didengar oleh manusia. Namun, untuk manusia tertentu yang mendapat hidayah Allah SWT bisa mendengar petunjuk Allah melalui hati atau qalbu. Allah membuat dinding atau hijab kepada manusia dan makhluk lainnya selama hidup di dunia, karena manusia dengan jasmaninya yang berasal dari tanah tidak tahan melihat Allah SWT, kecuali nanti sesudah masuk surga. Mungkin di surga nanti jasad manusia akan diganti zatnya dengan zat yang kekal dan tahan serta mendapat puncak kebahagian yang tidak bisa dibayangkan sewaktu melihat Allah. Wallhu ‘alamu bishshawaab.”
Sebagaimana adanya penciptaan langit dan bumi, kita perlu banyak bersyukur karena diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk berpikir, mencari dan menggali ilmu mengenai ke-Esaan Allah SWT. Namun, karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang diberikan Allah SWT kepada manusia, maka kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT, yang ilmu-Nya melebihi segala sesuatu dan tidak terhingga.(LA/1)