KETENANGAN DAN KECERDASAN HATI DAPAT MENGENDALIKAN EMOSI
SD-IT Qardhan Hasana Banjarbaru

Hati yang kerap gelisah, kesibukan hati, dan rasa kecamuk yang terus datang sangat mengganggu dan membuat pribadi setiap manusia tidak stabil. Rasa kecamuk hati itu datang dari urusan yang kita lakoni di keseharian. Terkadang, kesibukan hati dan kegelisahan justru tidak datang dari masalah yang kita hadapi. Mungkin kita hanya mendengar cerita orang lain, melihat sesuatu yang dimiliki orang lain bukan karena kita tidak punya tetapi ingin dianggap lebih, dan hal itu mengganggu hati kita.
Sakit hati kita karena ingin selalu lebih dari makhluk dalam urusan yang justru tidak subtantif, sesaat, dan tidak punya kebutuhan yang strategis. Maka, sangat dianjurkan melatih hati kita dengan dzikrullah dan memperbanyak shalawat atas baginda Nabi Muhammad SAW. Ketenangan hati secara psikologis adalah tanda-tanda kematangan diri sehingga memunculkan kecakapan dan kebijakan bersikap. Hati yang tidak tenang kerap membawa bahaya dan malapetaka, emosi yang menggebu-gebu dan meledak-ledak, dan mendorong melakukan hal-hal yang tidak subtantif dan strategis.
- hati ini harus semakin diperbanyak. Memfokuskan diri pada hal positif, memulai, dan menutup tindakan dengan nilai positif sehingga hati kita terlatih dan lebih dewasa untuk menjemput kematangan diri (self maturity) yang menyatu dengan energi posisitifnya alam semesta.
Selain spiritual dan emosional, puasa juga dapat memacu kercerdasan pikiran dan kecerdasan intelektual. Maka melihat orang lain kita akan melihat sisi buruknya. Mendengarkan orang lain maka kepala kita terarah pada sisi negatifnya dan jika bicara akan kita mulai dengan analisis negatif, dan menutup sesuatu hal selalu akan ditutup dengan value negatif. Ramadhan mengempang itu, menyelamatkan kita dari keberlanjutan suasana buruk itu untuk kembali fresh sehingga kita akan berada pada posisi seimbang sebagai makhluk Tuhan dan sebagai khalifah di bumi.
Kesempatan ini adalah kesempatan belajar dan latihan menuju titik keseimbangan sebagai makhluk Tuhan dan sebagai khalifah. Belajar secara kolektif agar kecerdasan kita akan terus tumbuh dan berkualitas, berlatih sebagai makhluk dan khalifah agar kelak kita menjadi amanah dalam keseimbangan perjalanannya, berlatih sebagai makhluk dan khalifah agar kelak kita dapat mengendalikan emosi. Sebagai bukti konkret bahwa yang ditiupkan di dalam diri kita sikap wara', jujur, dan kedermawanan serta menjadikan ketenangan hati dan kecerdasan pikiran untuk mengendalikan emosi.