MATAHARI DAN BULAN MENENTUKAN WAKTU IBADAH
SD-IT Qardhan Hasana Banjarbaru

Allah SWT tidak mungkin menciptakan Matahari dan Bulan begitu saja tanpa ada hikmah-hikmah dibalik penciptaannya. Matahari bersinar di siang hari dan Bulan bercahaya di malam hari. Keduanya sudah diatur tempat orbitnya sesuai dengan kehendak-Nya untuk menjelaskan tanda-tanda Kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui dan bertaqwa tentunya.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Yunus: 5)
Dari ayat diatas menunjukkan fungsi matahari dan bulan adalah untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dimana waktu disini merupakan suatu yang penting untuk umat islam sebagai indikator syarat dalan melaksanakan ibadah. Di ayat lain di terangkan matahari dan bulan digunakan untuk menetukan waktu ibadah.
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (Q.S Al-Isra : 78)
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (Q.S. Al-Baqarah: 189)
Dari ayat-ayat diatas memberi kesimpulan kepada kita bahwa Allah SWT telah mengatur peredaran matahari dan bulan selain untuk keseimbangan alam dan menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, matahari dan bulan juga untuk sebagai petunjuk menentukan waktu ibadah. Yang nantinya akan dikuatkan dengan para ahli melakukan perhitungan dengan metode hisab atau rukyatul hilal.