76 Tahun? Guru Harus Belajar dan Melek Teknologi
SMA IT Qardhan Hasana Banjarbaru

By Administrator 29 Nov 2021, 13:40:58 WIB Artikel
76 Tahun? Guru Harus Belajar dan Melek Teknologi

“SUARA SANG PAHLAWAN TANPA TANDA JASA”

PAGI KAU DATANG UNTUK MENYAPA KAMI,

SIANG KAU MENGELUARKAN KATA DEMI KATA,

UNTUK KAMI SEMUA YANG HAUS AKAN PENDIDIKAN,

DIMANAKAH KAMI HARUS MENCARI PELITA ITU LAGI JIKA TIDAK BERSAMA DIRIMU

WAHAI GURU…

BERIBU-RIBU KATA, KALIMAT DEMI KALIMAT,

KAU TAK PANTANG BERHENTI MEMBERI BERBAGAI URAIAN DENGAN KEAJAIBAN PADA DIRIMU ITU…

UNTUK KAMI, DEMI KAMI, UNTUK SELURUH ANAK-ANAK BANGSA

TELAH KAU BERI FATWA DENGAN PELITA AJAIB YANG ADA PADA DIRIMU

TERIMAKSIH BANYAK KAMI SAMPAIKAN WAHAI GURU

JASAMU TAK AKAN KAMI LUPAKAN DAN BIARKAN DI KESELURUHAN WAKTU

_julia X MIPA 2_

            Sajak indah sejenak menghenyak Kamis 25 November 2021, riuh rendah puisi cinta untuk guru tergambar terang di setiap media. Mengapa? Guru sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 76. Tiga perempat abad sudah usianya, dengan begitu banyak tantangan dan gelombang yang mengiringi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sosok guru tetap tak tergantikan. Pun begitu saat pembelajaran daring berlangsung.

Seperti kita tahu, pandemi Covid 19 memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu guru dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa mayoritas dari peserta didik lebih tertarik membuka you tube untuk mendapatkan materi pembelajaran atau mereka googling. Dengan mengetikkan topic pemeblajaran yang mereka inginkan, mereka akan memperoleh ratusan video ataupun materi bahan belajar seprti topik yang diinginkan. Suka atau tidak, peserta didk kita lahir pada era informasi digital berkembang pesat. Mereka mempunyai akses yang tidak terbatas untuk mendapatkan informasi dan memiliki kebebasan untuk mencari informasi yang menarik bagi diri mereka sendiri. Kalaupun mereka memeiliki pertanyaan mereka akan lebih memilih google untuk memperoleh jawabannya. Mengapa demikian? Simple, karena mudah dan cepat memperoleh jawabannya. Tanpa harus menunggu besok atau lusa saat bertemu guru dalam pembelajarn daring tau menunggu ketika orang tua mereka pulang untuk kembali mendampinginya.

Dengan demikian, apakah pengaruhnya terhadap guru di kelas? Pengaruh yang paling terasa adalah guru bukan lagi menjadi sumber belajar alfa dan omega di kelas. Guru juga tidak bisa menyamaratakan kemampuan siswa dari nol, artinya pengajaran yang yang berpusat pada guru atau yang biasa disebut teacher centered approach tidak lagi menjadi pilihan saat ini karena kurang efektif. Di era digital dan pesatnya perkembangan teknologi, siswa datang ke sekolah dengan membawa berbagai macam informasi yang mereka peroleh dari internet. Atau paling tidak, mereka memiliki kemudahan untuk memeperoleh informasi yang lebih menarik dan menyenengkan disbanding mendengarkan penjelasan guru. Menyikapi hal ini pemebelajaran di kelas bergeser menjadi pengajaran yang fokus pada peserta didik, atau student centered approach, agar mereka aktif membangun pengetahuannya sendiri.

Kunci keberhasilan dari student center approach adalah keaktifan peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran di kelas, yaitu dengan memanfaatkan teknologi digital. Membangun keaktifan peserta didik di kelas akan lebih mudah ketika kita memanfaatkan apa yang sudah melekat apada diri mereka dan menarik perhatian. Tentunya dengan menggunakan teknologi digital.

Oleh karenaitu apakah guru perlu melek teknologi? Kemudian, bagaimana jika peserta didik kita lebih canggih dalam hal teknologi dibandingkan kita gurunya? Dari pertanyaan pertama jawabannya tentu “iya”, guru harus mampu menggunakan teknologi digital untuk dapat membangun pembelajaran digital. Belajar tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi memerlukan komitmen dalam bentuk waktu dan energy. Hal ini berbanding lurus dengan harapan kita kepada peserta didik untuk memiliki komitmen waktu dan energi dalam belajar. Dengan demikian saat inilah merupakan kesempatan emas kita untuk memberikan teladan kepada peserta didik kita dengan ikut memberikan waktu dan energy dalam hal belajar sesuatu hal yang baru.

Guru bisa memulai menggunakan teknologi mulai dari yang paling kita kuasai seperi Ms.Word, Ms. Exel, Ms. PPT atau email. Tentunya, hal yang paling mendasar adalah “mari belajar kembali.” Jika ternyata peserta didik kita lebih canggih,bagaimana? Mari kita geser paradigma kita dari “guru harus paling tau” menjadi “guru juga manuasia yang perlu belajar dan berkembang.” Secara alamiah peserta didik saat ini lebih berpotensi lebih canggih daripada guru dan hal tersebut bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan guru. Hal tesrsebut justru menjadi peluang bagi guru untuk belajar dari peserta didik masa kini, sehingga akan memunculkan dampak yang sangat positif dalam membentuk budaya belajar. Mereka akan memahami bahwa belajar tidak berhenti sejak lulus sekolah. Guru dapat mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat hanya dengan merendahkan hati  untuk kembali belajar bersama peserta didik kita semua.

Mengingat kembali bahwa tugas guru begitu luar bisa, yang jelas bukan hanya mengajar. Merencanakan pembelajaran, mengajar itu sendiri sampai pada melengkapi administrasi pembelajaran merupakan tugas yang harus dipenuhi oleh guru.  Sedangakan di sisi lain, belajar hal baru membutuhkan komitmen waktu. Jika dilihat dari perspektif yang berbeda, teknologi akan membantu memudahkan pekerjaan guru. Dengan kemajuan teknologi, guru dapat menghemat waktu dalam menyampaikan pembelajaran d kelas, guru tidak harus mencek satu persatu kehadiran peserta didik secara manual lagi atau bahkan guru tidak perlu lagi mengoreksi jawaban pesrta didik satu persatu lagi. Tentunya hal ini akan sangat menghemat waktu, apalagi jika teknologi dapat membantu memeperindah tampilan meja guru. Sehingga meja guru tampak lebih rapi tanpa adanya tumpukan buku-buku peserta didik yang menggunung, menanti dikoreksi. Bagaimana? Tentunya hal tersebut secara spikologis sangat memepengaruhi kinerja guru.

Dengan demikian, sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Komitmen guru untuk belajar teknologi tidak dapat ditawar lagi, tetapi dengan mengetahui apa yang dapat dilakukan teknologi untuk memudahkan pekerjaan guru di sekolah, sepertinya komitme tersebut akan sangat berharga sekali. Dengan komitmen dan semangat hari guru yang ke 76 “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan” mari kita jadikan momen ini sebagai pelecut diri untuk kembali MULAI BELAJAR. (YEMW/01)




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment