Hakikat kebahagiaan
SMA IT Qardhan Hasana Banjarbaru

By Administrator 05 Des 2022, 14:53:43 WIB Artikel
Hakikat kebahagiaan

Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ro’ah menjelaskan tentang sebuah hakekat kebahagiaan bagi seorang mukmin. Banyak orang yang mengira bahwasanya kebahagiaan itu terletak pada perkara dunia seorang.  Ketika dirinya melihat seorang yang memiliki harta lebih, memiliki rumah yang banyak dan dimana-mana, maka ia adalah orang yang paling bahagia. Sesungguhnya kebahagiaan menurut baginda Nabi Saw. sabdakan kepada kita, yang artinya “sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan kebahagiaan dan kelapangan hati pada keridhaan dan keyakinan, dan Allah telah jadikan kekhawatiran dan kesedihan pada sebuah keraguan dan ketidak ridha’an“(HR. Al Mundziri).

Dikutip dari buku Ir.H.Ahmad Gazali yang berjudul Nasehat untuk Mendapatkan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat Hal. 264 “ Kebahagiaan itu adalah keriangan hati, karena kebenaran yang dihayati. Kebahagiaan adalah kelapangan dada, karena prinsip yang menjadi pedoman hidup. Selain itu, kebahagiaan adalah ketenangan hati, karena kebaikan disekelilignya ”.

Oleh karenanya, maka kebahagiaan itu terletak pada makna keridhaan, yaitu ridha terhadap segala sesuatu yang telah Allah tuliskan untuk kita. Ridha terhadap apapun yang terjadi kepada kita, dengan qadha dan taqdirNya. Keridhaan merupakan hasil dari sebuah keimanan dari seseorang yang beriman kepada Tuhan yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang terbaik untuk hambaNya. Ketika seorang mukmin diberi karunia sebuah kenikmatan oleh Allah Swt., maka hendaklah dirinya ridha dengan menggunakan kenikmataan itu pada sesuatu yang Allah ridhai. Begitupun ketika seseorang diberi cobaan olehNya, maka hendaknya ia ridha terhadap cobaan tersebut, yaitu dengan bersabar, sehingga dirinya mendapatkan pahala yang tidak ada batasnya. Allah Swt. telah berfirman  yang artinya “sesungguhnya Allah memberikan pahalanya kepada orang-orang yang bersabar dengan tanpa batas“ (QS. Az Zumar: 10). Dan sebaliknya, kesengsaraan adalah ketika seorang mukmin itu tidak ridha terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Ketika Allah Swt. memberikan sebuah cobaan bagi seorang mukmin, maka ketahuilah bahwa Allah benar-benar telah mencintainnya. Allah akan memberikan ridhaNya, jikalau dirinya juga ridha terhadap apa yang menimpanya. Hal ini sebagaimana dalam sabda baginda Nabi Saw. yang artinya “ Dan sesungguhnya ketika Allah mencintai sebuah kaum, maka Allah akan memberikan cobaan bagi mereka. Maka barang siapa yang ridha (terhadap cobaan ini) maka baginya keridhaan Allah, dan barang siapa yang marah maka baginyapun murka Allah “(HR. turmudzi).

Dikutip dari buku Ir.H. Ahmad Gazali yang berjudul Nasehat untuk Mendapatkan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat Hal. 276 “Jangan lamban untuk melakukan kebaikan dan jangan menunggu waktu. Untuk perbuatan yang baik jangan selalu mengulur-ulur kesempatan dengan mengatakan, “Nanti, saya pasti akan …,” untuk mencari keutamaan. Denyut nadi manusia mengatakan, sesungguhnya kehidupan adalah hitungan menit dan detik”.

Maka selagi kita yakin, bahwa tidaklah sesuatu di dunia ini terjadi melainkan atas kehendak Allah, maka hendaklah kita ridha, sehingga keridhaan ini akan menjadikan ridha Allah kepada kita, dan memasukkan kita kepada surga keridhaan di dunia sebelum masuk surgaNya di akhirat kelak. Yaitu surga kemakrifatan kepada Allah Swt.

Dikutip dari buku Ir.H. Ahmad Gazali yang berjudul Nasehat untuk Mendapatkan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat Hal. 285 “Kunci kebahagiaan hanya ada satu kata. Warisan agama ada pada sebuah ungkapan. Dan panji kemenangan terletak pada pada sebuah kalimat. Kata ungkapan dan kalimat itu adalah:

La Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah”.  Wallahu A’lam.(MAS/01)

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment