LAWAN KEMALASAN JANGAN BERGANTUNG PADA UANG
SD-IT Qardhan Hasana Banjarbaru

Setiap orang pernah mengalami fase dimana ada rasa malas untuk mengerjakan sesuatu. Dimana rasa malas terkadang sulit untuk dikendaliakan padahal rasa tersebut ada didalam dirinya. Namun, kita sebagai seorang muslim harus bisa melawan rasa malas tersebut karena Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk senantiasa bersemangat dan tidak bermalas- malasan.
Di dalam agama Islam, semua persoalan hidup manusia sudah diatur dan sudah diberikan solusi yang terbaik dari setiap permasalahan, solusi yang diberikan juga berkaitan dengan ajaran kebenaran bagi seluruh umat manusia. Solusi yang diberikan tidak akan bertentangan dengan penemuan dan teori penemuan manusia. Sejauh ini Islam tidak pernah ketinggalan zaman dari kemajuan teknologi yang ada dan sampai kapan pun karena ajaran Islam mengikuti kemajuan zaman dan akan diperbaharui sesuai dengan zamannya akan tetapi masih berdasarkan al-Qur’andan hadist.
Bagaimana pandangan Islam mengenai kemalasan yang ada dalam diri manusia? Islam sudah sejak lama memberikan peringatan untuk masalah seperti ini, dan memberikan perhatian yang besar. Contohnya banyak doa- doa yang dipanjatkan kepadaan Allah SWT untuk terbebas dari kemalasan, kemiskinan, kefakiran dan lilitan utang. Dan terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang berbunyi,
“Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas...” (HR. Abu Dawud).
Islam mengajarkan pola retorika yaitu mengajari kita untuk membentuk pola pikir tidak instan. Artinya, Islam mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan mengikuti aturan- aturan sebagai syarat untuk keberhasilan. Hal ini berarti kita sebenarnya dilarang untuk meminta keberhasilan tanpa adanya suatu usaha terlebih dahulu. Dan diajari agar menahan diri dituntun untuk seteliti mungkin agar melakukan proses atau usaha terlebih dahulu agar mencapai keberhasilan. Dan anggaplah bahwa usaha sebagai sebab dan keberhasilan sebagai akibat, karena sebab akan membentuk akibat. Jika sebabnya baik, akibatnya juga baik dan begitupun sebaliknya. Jika prosesnya baik, hasilnya yang didapat juga akan memuaskan karena usaha yang dilakukan tidak sia-sia. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Allah subhanahu wata'ala yang lain. Manusialah yang sanggup mengemban amanat Allah subhanahu wata'ala. Di atas pundaknya terdapat tugas-tugas mulia, kewajibankewajiban yang harus ditunaikan dengan baik. Baik kewajiban kepada Khaliqnya (sang pencipta), maupun kewajiban terhadap dirinya atau kepada orang lain. Terutama kewajiban kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya atau keluarganya, baik tanggungjawab dalam masalah pendidikan maupun nafkah sandang, pangan dan papan sesuai dengan kesanggupan.
Untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab tersebut manusia harus berusaha dan berikhtiar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarganya menurut kemampuan yang ada. Kemudian dari mana kebutuhan nafkah itu diperoleh kalau kita tidak bekerja sambil mengharap rahmat dari Allah subhanahu wata'ala. Bekerja yang kita lakukan itu namanya ikhtiar. Dan sebagai orang beriman, ikhtiar itu harus disertai dengan tawakkal kepada Allah subhanahu wata'ala juga disertai dengan penuh keikhlasan dan kerelaan mengemban tugas mulia, untuk modal beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala.
Bekerja dan berusaha adalah sesuatu yang sangat mulia. Bekerja apa saja asal dengan jalan yang benar dan halal disertai dengan tidak mengabaikan kewajiban kepada Allah subhanahu wata'ala dan tidak melupakan kepentingan akhirat. Sebab tidak sedikit orang yang bekerja mencari kekayaan duniawi tetapi melupakan kepentingan dan keselamatan ukhrawi. Karena sibuk bekerja sehingga mereka rela meninggalkan kewajiban kepada Tuhannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya.
Islam mendorong umatnya untuk bekerja agar menjadi manusia mulia dan mandiri serta tidak membebani orang lain. Oleh karena itu bekerja tercatat sebagai ibadah karena sebagai bukti menjalankan perintah Allah subhanahu wata'ala. Islam menghendaki agar kita sebagai muslim hendaknya memiliki etos kerja agar kerja kita tidak sekedar memperoleh hasil maksimal tapi juga ada tujuan yang lebih mulia dan esensial yaitu munculnya keyakinan kuat bahwa setiap usaha atau pekerjaan apa pun akan berakhir menuju Allah subhanahu wata'ala.