Memahami Kecerdasan Majemuk dan Gaya Belajar Peserta Didik
SMA IT Qardhan Hasana Banjarbaru

Pakar pendidikan dan peneliti selalu mencari cara untuk meningkatkan hasil belajar dan membuat siswa tetap terlibat dalam pembelajaran. Hal ini membuat dunia pendidikan dipenuhi dengan berbagai teori tentang gaya belajar, gaya mengajar, dan metode lain tentang bagaimana siswa belajar. Bagi seorang pendidik, penting untuk memahami berbagai jenis preferensi belajar dan teori pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah dan membantu peserta didik belajar secara efektif untuk menguasai konsep-konsep yang sulit. Meskipun satu preferensi atau teori pembelajaran tidak akan berhasil untuk semua siswa, mempelajarinya tetap dapat membantu pendidik dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didiknya sendiri. Berikut adalah ikhtisar dari beberapa teori belajar populer dan preferensi belajar yang berbeda untuk membantu setiap siswa mencapai kesuksesan.
Psikolog Howard Gardner mengembangkan teori kecerdasan majemuk pada tahun 1983. Dia mengklaim bahwa orang memiliki delapan cara independen dalam memproses informasi, diantaranya:
• Verbal-linguistik
• Logis-matematis
• Visual-spasial
• Auditori-musikal
• Kinestetik-jasmani
• Interpersonal
• Intrapersonal
• Naturalistik
Kecerdasan ini secara lebih akurat bisa disebut sebagai kemampuan atau kekuatan. Otak manusia sangat kompleks, dan semua jenis kecerdasan ini dapat bekerja bersama. Peserta didik tentunya memiliki beberapa kekuatan ini.
Cara menerapkan teori kecerdasan majemuk di sekolah, guru dapat menggunakan aktivitas berdasarkan kecerdasan peserta didik untuk membantu mereka mengembangkan semua kekuatan belajarnya. Beberapa aktivitas dapat membantu mengembangkan lebih dari satu kekuatan pada satu waktu, menawarkan cara yang holistik dapat mendukung tipe pembelajar yang berbeda. Beberapa kegiatan untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran misalnya peserta didik diminta mengambil foto kegiatan di kelas untuk melatih kecerdasan visual, membuat karya daur ulang untuk membangun kecerdasan naturalis, menggambar skala peta untuk melatih kecerdasan logika sekaligus kecerdasan visual, atau menghabiskan 10 menit menulis tentang salah satu pengalaman terbaik mereka untuk mengintegrasikan kecerdasan verbal-linguistik dan kecerdasan intrapersonal.
Preferensi belajar fokus pada bagaimana peserta didik memproses informasi menggunakan indra mereka untuk menyerap dan mempertahankan apa yang diajarkan. Sementara banyak orang mungkin mengatakan bahwa mereka memiliki "gaya belajar", atau cara yang mereka sukai untuk menyampaikan pelajaran kepada mereka. Peserta didik benar-benar belajar dan mempertahankan lebih banyak konten pembelajaran ketika disampaikan atau diajarkan kepada mereka dalam berbagai cara yang berbeda dibandingkan dengan hanya satu cara, bahkan jika cara itu adalah cara belajar yang mereka sukai. Di bawah ini adalah tiga jenis preferensi belajar yang perlu diingat saat melaksanakan pembelajaran di kelas. Jika peserta didik mengalami kesulitan dengan konsep yang sulit, guru dapat menggunakan preferensi ini sebagai panduan untuk menemukan cara berbeda dalam menyampaikan konten pembelajaran kepada peserta didik.
Peserta didik dengan gaya belajar visual adalah peserta didik yang lebih suka belajar melalui gambar, grafik, peta, dan lukisan. Peserta didik dengan gaya belajar auditori adalah peserta didik yang lebih suka belajar dengan mendengar dan berbicara informasi baru. Sedangkan peserta didik dengan gaya belajar kinestetik adalah peserta didik yang lebih suka belajar dengan mengalami, menyentuh, dan melakukan tugas. Dengan mempertimbangkan preferensi pembelajaran ini, berikut adalah beberapa contoh penyampaian konten pembelajaran dengan cara yang dapat menjangkau semua jenis gaya belajar. Mintalah peserta didik berlatih menghitung uang dengan memberi mereka koin sungguhan, yang merupakan pendekatan gaya belajar kinestetik. Saat memberikan penjelasan, tunjuk setiap kata yang anda baca dengan suara keras, yang merupakan pendekatan gaya belajar auditory dan visual. Atau contoh lainnya mempelajari peta pada mata pelajaran Geografi, yang merupakan tugas visual.
Sementara aktivitas fisik sangat penting untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik. Jika peserta didik tidak tertarik pada aktivitas langsung atau fisik, guru masih dapat memasukkannya ke dalam rutinitas pembelajaran di kelas untuk menjernihkan pikiran dan menghilangkan stres. Cobalah beberapa kegiatan belajar ini untuk merangsang tubuh dan juga otak. Misalnya meminta peserta didik bermain lempar tangkap atau lompat pada materi Pengukuran untuk melatih keterampilan melalui aktivitas fisik. Lakukan kegiatan pendidikan jasmani dalam ruangan di antara jam pelajaran. Aktivitas fisik yang menyenangkan untuk dapat membuat peserta didik tidak merasa bosan saat di kelas.
Apapun istilahnya, baik itu gaya belajar, preferensi, atau kecerdasan majemuk, tidak satu pun dari kekuatan atau kemampuan ini yang sifatnya statis atau tetap. Mereka dapat berubah seiring peserta didik tumbuh dan menjadi dewasa. Pendekatan ini dapat menjadi alat yang berguna bagi guru untuk menambah variasi pada pembelajaran. Sehingga guru bisa menjadi lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang dapat mendukung beragam jenis kecerdasan majemuk dan gaya belajar yang dimiliki peserta didik. Ada banyak manfaat yang dapat dirasakan guru, salah satunya adalah dapat menguji sendiri teori-teori pembelajaran ini dengan peserta didik, sambil menikmati fleksibilitas model pembelajaran yang bisa digunakan. (NA/01)