Napak Tilas Kearifan Lokal Kota Amuntai
Ikhtiar Menyulam Makna dan Menjaga Warisan Budaya

Banjarbaru , 07 Juli 2025 – Dalam semangat memperkuat identitas Islami dan menggali kearifan lokal, Yayasan Qardhan Hasana Banjarbaru menggelar kegiatan inspiratif bertajuk “Lebih Dekat Mengenal Kearifan Lokal Kota Amuntai” pada Rabu–Kamis, 2–3 Juli 2025.
Kegiatan ini diikuti oleh rombongan gabungan yang terdiri dari Pembina Yayasan Ibu Hj. Ernaniah Gazali, didampingi beberapa keluarga Pembina Yayasan, serta para ustadz dan ustadzah dari (SD, SMP, dan SMA) Islami Terpadu Qardhan Hasana Banjarbaru. Tercatat, 8 peserta dari SD IT, 5 dari SMP IT, dan 6 dari SMA IT turut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Awali Perjalanan dengan Doa, Mantapkan Niat untuk Ilmu Yang Berkah
Rombongan memulai perjalanan dari halaman Masjid Jami' Qardhan Hasana Banjarbaru pada pukul 09.40 WITA dengan menaiki bus menuju Kota Amuntai. Dalam suasana syahdu, perjalanan diawali dengan pembacaan doa safar yang dipimpin oleh Ust. H. Adnan, M.Pd., sebagai bentuk permohonan keberkahan kepada Allah SWT agar perjalanan ini menjadi sarana pembelajaran dan perenungan yang membawa manfaat.
Menelusuri Jejak Kearifan Lokal: Dari Patung Itik Hingga Candi Agung
Setibanya di Kota Amuntai pada Rabu, 2 Juli 2025 pukul 15.17 WITA, rombongan langsung menginap di salah satu hotel ternama sebelum memulai napak tilas ke sejumlah ikon budaya dan kearifan lokal kota yang dikenal sebagai “Kota Itik” ini.
Beberapa titik yang menjadi fokus kunjungan antara lain:
- Patung Itik Kota Amuntai, simbol keunggulan ternak itik dan identitas daerah.
- Pasar Subuh/Pasar Kerajinan, tempat berbagai hasil karya masyarakat lokal diperjualbelikan, mulai dari anyaman bebahan dasar purun, cocor bebek hingga rotan.
- Pasar Tradisional Kota Amuntai, pusat ekonomi masyarakat yang masih menjaga tradisi jual beli secara langsung dan ramah.
- Candi Agung Amuntai, situs sejarah peninggalan Hindu yang menjadi saksi peradaban Nusantara sebelum masuknya Islam.
Pesan Inspiratif
Dalam pesannya, Pembina Yayasan, Ibu Hj. Ernaniah Gazali menegaskan bahwa perjalanan ini adalah waktu untuk sejenak melepas rutinitas dan membuka ruang refleksi.
“Kita tinggalkan sejenak hiruk-pikuk aktivitas sekolah. Kita lihat, dengar, dan rasakan secara langsung kehidupan masyarakat serta warisan budaya yang selama ini mungkin hanya kita kenal lewat cerita dan buku. Ini adalah cara kita bersyukur atas keberagaman dan memperluas wawasan,” ujar beliau.
Sementara itu, Ali Imran, Kepala SMA Islami Terpadu Qardhan Hasana, mengungkapkan kegembiraannya.
“Kami sangat senang karena ustadz dan ustadzah bisa menyaksikan langsung budaya dan aktivitas masyarakat Kota Amuntai. Ini bukan sekadar kunjungan, tetapi juga penelusuran sejarah spiritual, karena ini adalah tempat/kota kelahiran pendiri Yayasan Qardhan Hasana Banjarbaru Bapak H.Ir.Ahmad Gazali (alm)”
Ustzh. Hj. Etya Amalia, S.H., salah satu pengurus yayasan, menilai kegiatan ini sebagai bentuk nyata sinergi kebaikan antar lini pendidikan.
“Semoga menambah sinergi kebaikan untuk Qardhan Hasana dan ustadz / ustadzah sekeluarga.
” jelasnya.
Tak lupa juga Pengurus Yayasan Ibu Ehda Fauzana, SE.,MM, mengingatkan agar selama kunjungan para peserta menjaga sikap, akhlak, dan adab.
“Mari kita menjaga dan menghormati tokoh masyarkat (datu)setempat dan tetap menampilkan ciri khas dan identitas kita sebagai sekolah islami, baik dari sisi pakaian maupun sikap dan perilaku,” pesannya.
Pulih dengan Kesadaran Budaya, Kembali dengan Hikmah
Perjalanan dua hari ini ditutup dengan kepulangan rombongan pada Kamis, 3 Juli 2025, sekitar pukul 11.00 WITA dari tempat penginapan Kota Amuntai. Setelah menapaki perjalanan rombongan mampir di Masjid Nurul Hidayah Kota Kandangan untuk melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah . Selanjutnya sekitar pukul 16.35 WITA rombongan tiba kembali di halaman Masjid Qardhan Hasana Banjarbaru. Tampak wajah-wajah cerah dan penuh kesan dari para ustadz dan ustadzah. Beberapa di antaranya membawa oleh-oleh khas Amuntai, seperti kerajinan tangan dari purun dan rotan, telur itik, hingga wadai khas Banua Enam.
Lebih dari sekadar wisata budaya, kegiatan ini merupakan bagian dari pendidikan karakter berbasis pengalaman (experiential learning), di mana para pendidik tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar dan terhubung dengan akar budaya dan masyarakat.
Semoga perjalanan ini menjadi titik tolak bagi tumbuhnya kesadaran kolektif untuk mencintai budaya lokal sebagai bagian dari keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.(AI/A1-7)